Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan - komunikasi satu dengan yang lainnya, seperti di dalam bekerja di kantor, mungkin juga adalam berbisnis lainnya. Terkadang ada juga bisnis yang kita memiliki jaringan cukup banyak yang merupakan 1 tim jaringan. Di sinilah masalah Ghibah - Buhtan - Fitnah sangat mudah terjadi, seharusnya bisnis ini sangat baik, asalkan masing-masing kita hanya membicarakan seputar peningkatan jaringan dan peningkatan demi besarnya jaringan demi kesuksesan bersama.
INGAT: Allah memang Maha Pengampun, tapi khusus dosa Ghibah - Buhtan dan Fitnah, karena ini berkaitan dengan makhluk/manusia lain, Allah memberikan ketentuan dan persyaratan yang berlaku untuk mengampunkan permintaan dosa ini, yaitu penyebar Ghibah harus meminta maaf kepada orang yang jadi korban Ghibah-Buhtan-Fitnah.
Ini indahnya hukum bersosialisasi kemasyarakatan dalam Islam, agar masing-masing menjaga LISAN-nya.
Inilah mengapa 1600 tahun lalu, Rasululloh telah membuat ke 3 hukum di bawah ini, yaitu:
Bergunjing (ghibah) atau yang lebih dikenal sekarang dengan kata "Gosip" merupakan hal yang biasa dijaman sekarang ini, bahkan makin disemarakkan dengan acara di televisi yang dikenal dengan acara "infotainment". Di acara tersebut dapat dengan mudah kita mengetahui keburukan-keburukan orang lain, padahal banyak kerugian yang akan menimpa diri kita.
Diriwayatkan sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah ra., bahwa Nabi saw bersabda : "Hindarilah mengunjing, karena mengunjing itu lebih berat (siksanya) dari berzina". Para Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa alasannya mengunjing itu lebih berat dari berzina?" Nabi bersabda, "Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina lalu ia mau bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Tetapi orang yang mengunjing, Allah tidak akan mengampuni sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya".
Diriwayatkan pula, ada seseorang yang nanti dihari kiamat diberikan kepadanya buku catatan amalnya. Lalu dia tidak melihat didalamnya catatan amal kebaikannya, maka dia berkata, "Ya Tuhanku, dimanakah amal shalatku, puasaku dan ketaatanku?" Maka dikatakan kepadanya, "Hilang seluruh amal kebaikanmu, lantaran kamu mempergunjingkan manusia." Diberikan pula catatan amal seorang lelaki lainnya yang diterima dengan tangan kanannya. Lalu dia melihat amal-amal kebaikan yang tidak pernah dilakukannya, maka diucapkan kepadanya: "Inilah catatan amal-amal kebaikan manusia yang telah mempergunjingkanmu, sedang kamu tidak menyadarinya."
Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Lidah itu laksana seekor binatang buas, bila dilepaskan pasti membunuh."
DALAM HADIST DITERANGKAN:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berada di majelis sahabatnya. Lalu, beliau bertanya kepada mereka:
"Tahukah kalian, apakah ghibah itu?" Mereka menjawab, "Allah SWT dan RasulNya lebih tahu." Nabi SAW berkata, "Kalian mengatakan sesuatu yang tak disukai saudara kalian." Salah seorang dari mereka bertanya, "Bagaimana menurut anda, wahai Rasulullah, jika apa yang kukatakan perihal saudaraku itu benar?" Nabi SAW menjawab, "Jika yang kamu katakan itu benar berarti kamu menggunjingnya (ghibah); jika yang kamu katakan itu tidak benar berarti kamu mengada-ada (bhutan)." (HR Muslim Tirmidzi)Apabila seseorang mengetahui aib atau kekurangan saudaranya, baik moral maupun fisik, dan itu memang benar adanya, maka itu dinamakan menggunjing (ghibah). Orang yang melakukannya layak mendapat siksa Allah SWT. Hanya saja siksa yang lebih keras ditimpakan kepada orang yang mengada-ada (buhtan); yaitu membicarakan aib orang lain yang tak disandangnya atau membicarakan perkataan orang lain yang tak pernah dikatakannya.
Abu Darda RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa menggunjing seorang muslim dengan perkataan, sedangkan pembicaraan itu tidak sesuai dengan yang sebenarnya, Allah SWT berhak menghancurkan tubuhnya di neraka pada hari Kiamat kelak hingga perkataannya terbukti (dan pasti ini tak mungkin bisa membuktikkan)." (HR Muslim)Rasulullah SAW menyampaikan nasihat kepada Abu Dzar Al Ghifari RA:
"Sebaiknya kamu diam! Karena diam itu dapat mengusir setan dan menolongmu atas persoalan agamamu. Katakanlah yang benar meskipun pahit dan jangan takut membela hak Allah meskipun orang lain membenci." (HR Muslim)Di antara hadis Nabi SAW yang menyinggung persoalan ini adalah:
"Orang berakal hendaknya memerhatikan waktunya, peduli untuk memperbaiki keadaannya, dan memelihara lisannya. Siapa yang mengukur ucapan dari perbuatannya, maka bicaranya sedikit, kecuali yang diperlukan." (HR Muslim)
Ghibah
tidak terbatas dengan lisan saja, namun juga bisa terjadi dengan
tulisan atau isyarat seperti kedipan mata, gerakan tangan, cibiran bibir
dan sebagainya. Sebab intinya adalah memberitahukan kekurangan
seseorang kepada orang lain. Suatu ketika ada seorang wanita datang
kepada ‘Aisyah r.a. Ketika wanita itu sudah pergi, ‘Aisyah
mengisyaratkan dengan tangannya yang menunjukkan bahwa wanita itu
berbadan pendek. Rasulullah saw lantas bersabda: "Engkau telah melakukan
ghibah!".
Semisal
dengan ini adalah gerakan memperagakan orang lain seperti menirukan
cara jalan seseorang, berbicaranya dan lain-lain. Bahkan yang demikian
ini lebih parah dari pada ghibah, karena di samping mengandung unsur
memberitahu kekurangan orang, juga mengandung tujuan mengejek atau
meremehkan. Tak kalah meluasnya adalah ghibah dengan media masa baik
media cetak atau yang dipertontonkan dalam televise, karena tulisan
adalah lisan kedua. Media massa sudah tidak segan dan malu-malu membuka
aib seseorang yang paling rahasia sekali pun. Yang terjadi kemudian,
sensor perasaan malu masyarakat menurun sampai pada tingkat yang paling
rendah. Aib tidak lagi dirasakan sebagai aib yang seharusnya ditutupi,
perbuatan dosa menjadi makanan sehari-hari.
Macam dan Bentuk Ghibah
Ghibah
mempunyai berbagai macam dan bentuk, yang paling buruk adalah ghibah
yang disertai dengan riya’ seperti mengatakan: "Saya berlindung kepada
Allah dari perbuatan yang tidak tahu malu semacam ini, semoga Allah
menjagaku dari perbuatan itu." Padahal maksudnya mengungkapkan
ketidaksenangannya kepada orang lain, namun ia menggunakan ungkapan doa
untuk mengutarakan maksudnya.
Bahaya Ghibah
Letak parahnya perbuatan ghibah dapat dilihat dari dua sisi:
Pertama, ghibah (menggunjing) berkaitan dengan hak hamba, dosanya lebih berbahaya karena kezalimannya merembet kepada manusia.
Pertama, ghibah (menggunjing) berkaitan dengan hak hamba, dosanya lebih berbahaya karena kezalimannya merembet kepada manusia.
Kedua, ghibah
merupakan maksiat yang dikerjakan dengan ringan oleh kebanyakan manusia
kecuali orang yang dirahmati Allah. Dan sesuatu yang ringan yang biasa
dikerjakan manusia biasanya dianggap sepele, padahal dosanya sangat
besar di sisi Allah SWT.
Kafarat Dosa Ghibah (Menggunjing)
Jika seseorang terjerumus ke dalam
perbuatan ghibah (menggunjing) hendaknya ia menyesali perbuatannya,
meninggalkannya, bertekad tidak akan mengulanginya, memohon ampun kepada
Allah, dan bertaubat kepada-Nya. Dan pintu Taubat senantiasa terbuka
bagi orang yang berdosa lalu menyesalinya. Hanya saja, dosa menggunjing
ada kaitan dengan makhluk. Sedangkan di antara syarat taubat yang
memiliki sangkutan hak adami adalah dengan meminta kehalalan dan
maafnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ
كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ
وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ
مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ
صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang pernah menzalimi
saudaranya dari kehormatan atau sesuatu (miliknya) hendaknya ia meminta
kehalalannya dari kezaliman itu pada hari ini, sebelum datang hari
kiamat yang saat itu tidak ada manfaatnya lagi dinar dan dirham, jika ia
mempunyai amal shalih maka akan diambil sekadar dengan kezalimannya,
dan jika tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya akan diambil
dan dibebankan kepadanya." (HR. Al-Bukhari dan lainnya)
Maka seseorang yang sudah menggunjing
saudara muslim lainnya, dan sudah menyebar serta sampai pada orang yang
digunjingnya, hendaknya ia datang kepada saudaranya tersebut, mengakui
kesalahannya, dan meminta maaf kepadanya. Kecuali jika khawatir
keterusterangannya tersebut menimbulkan kerusakan yang lebih besar, maka
ia cukup memintakan ampun dan mendoakan kebaikan untuknya, memujinya
dan menyanjung akhlak baik yang ada padanya. Hal ini juga berlaku jika
isi ghibahnya belum sampai kepada orang yang digunjing, maka tidak perlu
memberi tahukan kepadanya, karena bisa menjadikan ia marah dan rusak
hubungan persaudaraan.CARA YANG PALING AMPUH SAAT INI KARENA SIFAT DAN KARAKTER MANUSIA YANG CENDERUNG SANGAT SUKAR DIBUAT MENGERTI:
Apa yang seharusnya kita lakukan saat menghadapi orang yang suka mulai mengghibah:
a. Suruhlah langsung untuk menghentikan (stop) pembicaraannya orang lain yang tidak berhubungan dengan peningkatan bisnis atau untuk kesuksesan. Karena Rosul menyuruh LEBIH BAIK DIAM.
b. Minta agar dialihkan pembicaraan ke topik lainnya, seperti : "Adakah hal atau topik lain yang kita bicarakan selain ngomongin seseorang ?" Bila sudah tidak ada, segera selesaikan urusan lainnya yang berhubungan dengan bisnis.
c. Bila masih tidak mau diam juga orang yang melakukan Ghibah ini, cara yang paling ampuh adalah, segera Anda telpon orang yang sedang dighibah, lalu jelaskan bahwa ada yang sedang membicarakan Anda, agar orang yang mengghibah ini benar-benar berhenti. DIJAMIN.
Dengan cara seperti ini, akan memberikan shock terapi terhadap si pengghibah. Ini lebih baik dilakukan, dari pada TIDAK BERUSAHA UNTUK MENGHENTIKAN YANG SULIT DIHENTIKAN.
Lebih baik dilakukan cara poin c, dari pada Anda mendengar Ghibah pun bisa jadi, karena hadistnya:: "Tetapi orang yang mengunjing, Allah tidak akan mengampuni sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya". Bisa saja bila orang yang digunjingkan tidak memaafkan, maka dosa gunjingan ini tidak akan diampuni Allah. Demikian Hadist yang diriwayatkan Jabir bin Abdullah ra.
MANA YANG ANDA PILIH ?
1. Tetap mendengarkan ghibah, yang bisa jadi dosa ghibah Anda ber 2 dapatkan. Bisnis jalan, karena seolah-olah Anda dinilai menjadi teman "baik", bagi si penggibah ?
2. Atau melakukan poin c, bisnis dan hubungan jelas akan sedikit 'terganggu', tapi membuat efek jera kepada PENGGIBAH. Tapi dosa ghibah tidak terjadi.
Semua kembali kepada diri kita masing-masing, mana yang lebih baik bagi diri Anda di akhirat.
Semoga bermanfaat demi menjaga lisan dan hati.
Penulis,
Drs. R. Kurniawan Prihatmono
Kiat-kiat untuk menghindari dari perbuatan ghibah
Untuk
mengobati kebiasaan ghibah yang merupakan penyakit yang sulit dideteksi
dan sulit diobati ini, ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan.
Pertama, Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah serta turunnya adzab dariNya.
Kedua, Bahwasannya
timbangan kebaikan pelaku ghibah akan pindah kepada orang yang akan
digunjingkannya. Jika ia tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka
diambilkan dari timbangan kejahatan orang yang digunjingkannya dan
ditambahkan kepada timbangan kejahatannya. Jika mengingat hal ini
selalu, niscaya seseorang akan berpikir seribu kali untuk melakukan
perbuatan ghibah.
Ketiga, Hendaknya
orang yang melakukan ghibah mengingat dulu aib dirinya sendiri dan
segera berusaha memperbaikinya. Dengan demikian akan timbul perasaan
malu pada diri sendiri bila membuka aib orang lain, sementara dirinya
sendiri masih mempunyai aib.
Keempat,
Jika aib orang yang hendak digunjingkan tidak ada pada dirinya sendiri,
hendaknya ia segera bersyukur kepada Allah karena Dia telah
menghindarkannya dari aib tersebut, bukannya malah mengotori dirinya
dengan aib yang lebih besar yang berupa perbuatan ghibah.
Kelima,
Selalu ingat bila ia membicarakan saudaranya, maka ia seperti orang
yang makan bangkai saudaranya sendiri, sebagaimana yang difirmankan
Allah SWT: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang
lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya
yang telah mati?" (Al-Hujuraat : 12).
Keenam, Hukumnya wajib mengingatkan orang yang sedang melakukan ghibah, bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram dan dimurkai Allah.
Ketujuh, Selalu mengingat ayat-ayat dan hadits-hadits yang melarang ghibah dan selalu menjaga lisan agar tidak terjadi ghibah.
Semoga
kita termasuk hamba yang selalu memelihara lidah dan perkataan dari
perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji yang hanya menjauhkan kita dari
Ridla-Nya dan mendekatkan pada siksa-Nya. Akhirnya marilah kita berdo’a
semoga kita diberikan petunjuk bahwa yang benar itu benar dan diberikan
kekuatan untuk melaksanakannya. Dan diberikan petunjuk bahwa yang bathil itu bathil dan diberikan kekuatan untuk menjauhinya. Amin.
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=312:ghibah&catid=96:ensiklopedi-islam&Itemid=347
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=312:ghibah&catid=96:ensiklopedi-islam&Itemid=347