Minggu, 08 Juni 2025

Salah Dalam Mengutamakan Pilihan Terapi Anak DS, Bisa Berakibat Anak DS Kurang Bisa Bicara.

LATAR BELAKANG MASALAH

1. Bisa jadi (sebenarnya para orang tua pemilik bayi Down Syndrome) ada yang belum tau tapi ada yang sudah memahami adanya masa "Golden Age." Sudah kita ketahui bersama bahwa pada usia golden age biasanya pada usia 0 sampai 5 tahun  disebut masa "golden age" karena merupakan periode penting dalam perkembangan otak dan fisik otot & tulang pada tubuh anak.

Peran penting orang tua dalam mengambil langkah berikutnya (setelah bayi Down Syndrome : DS) bisa berjalan merupakan penentu bayinya bisa baik untuk masa depannya usia 7 tahun, 8 tahun dan kedepannya, karena anak sedang berpacu dengan pesat-pesatnya perkembangan tumbuh kembang anak. 


Kurang tepatnya langkah terapi berikutnya yang diambil (setelah anak bisa jalan), maka akan berakibat kurang baik pada kemajuan anak, yaitu apa yang harus didahulukan pada kemampuan bayi saat masuk usia 2 tahun hingga 5 tahun.

2. Pernah penulis ingin tau sebuah terapi wicara dengan website sangat bagus, penulis ingin tau berapa pembayaran & apa target-target yang akan dicapai seperti setelah dilatih berapa lama anak bisa menyebut suku kata dan kata pada anak DS usia 2 tahun hingga 4 tahun yang akan diterapi.

Dikarenakan 2017-2019 waktu itu kami memiliki pasien bayi-bayi DS yang sudah pada bisa jalan cukup banyak (dan kami sudah memulai oral motor mulut dan latihan-latihan penunjang bicara sejak masih bawah 1 tahun), ada niatan saya untuk mengoper anak yang sudah bisa jalan ke sebuah tempat terapi yang baik tentunya.

Ternyata pada komunikasi saya meminta bicara dengan terapis wicara tidak diberikan, tapi hanya dilayani oleh (bisa jadi) admin atau customer service, karena saya akan mengoper sekitar 2 bayi pasien kami yang sudah masuk usia 2 tahun.

Saya bertanya melalui telepon setelah basa basi di awal tentang kondisi anak 2 tahun, perempuan, tinggal di kecamatan X, sudah bisa jalan & anaknya fokus bisa diajari tidak hiperaktif, berat badan dan tinggi proporsional baik : "Berapa lama target anak yang diajari / diterapi bicara berapa lama bisa mengucapkan kata atau suku kata ?"

Dijawab: "Tidak bisa ditarget Pak, tapi kami tawarkan paket terapi selama 4 bulan dengan biaya Rp 9 juta, bagaimana Pak ?"

Saya jawab : "Saya bukan bertanya tentang biaya, tapi tentang kapan bisa bicara, atau setelah dilatih berapa tahun bisa mengucapkan 1 atau 2 kata bermakna ?"

Dijawab : "Kalau itu (kapan bisa bicaranya) tidak bisa ditarget Pak, itu urusan nanti dengan TW (terapi wicara) nya. 

Saya jawab : "Kalau begitu maaf, mungkin mbak nya gak ngerti target kapan bisa mengucap 1 suku kata dan 1 kata, boleh saya bicara dengan terapis wicaranya ?"

Dijawab : "Maaf tidak bisa Pak" (Jadi saya tidak diperbolehkan bicara langsung dengan "the right person" atau orang yang faham dengan yang menterapi bicara secara langsung, bahkan nomor WA pun tidak boleh diberikan, padahal saya ingin memberi mereka pasien (karena orang tuanya ingin kami mencarikan terapis wicara yang tentu saja pandai melatih bayi 2 tahunan untuk bicara.

Saya jawab : "Kalau bayar saja sekian bulan sekian juta, lalu si anak tidak juga menyebut kata-kata bermakna (yang punya arti),  nanti bagaimana dong saya menjelaskan kepada orang tua yang membayar 9 juta, lalu 9 juta belum bisa, nanti diperpanjang lagi 9 juta lagi ? Tapi anak sampai 2 tahunan dilatih gak keliatan bisa mengucap kata-katanya ?

Dijawab : "Iya Pak, begitu memang tidak bisa ditarget Pak juga soalnya sudah kebijakan kami tidak bisa memberikan nomor hp terapis wicaranya."

Saya jawab : "Wah kalo begitu gak enak dong saya sama orang tua pasien kalo ditanya kapan bisa mengucap suku kata bahkan kata padahal mereka bayar hingga belasan juta ke tempat terapi Anda. Mending kami yang latih sendiri dibantu sama orang tuanya kami ajari agar terus diulang-ulang."

Akhirnya percakapan saya sudahi, untuk tidak memberikan ke tempat tersebut anak-anak DS 2-3 tahunan yang sedang banyak-banyaknya yang istri saya terapi sendirian (padahal websitenya cukup bagus dibuatnya), belum tentu menjamin punya target kapan anak DS bisa bicara 5 kata bermaknapun tidak bisa menjanjikan. 

[Pelajaran yang bisa kita ambil disini yaitu adalah melatih bicara anak Down Syndrome sangat lebih sulit dibanding latihan treatment lain-lainnya jadi jangan sampai salah pilih lanjutan treatment setelah anak DS bisa berjalan].

Akhirnya walau pasien DS waktu di 2018-2019 itu kelewat banyak, tetap kami layani sebaik-baiknya termasuk macam-macam penunjang latihan bicara.

Bayi DS memang berbeda-beda kemampuan bisa mengucapkan suku kata & kosa kata:

a. ada (banyak dari mereka) yang 2 tahun baru beberapa suku kata (biasanya suku kata terakhir dari sebuah kata)

b. ada (beberapa anak DS) yang 3 tahun baru beberapa kata bermakna seperti : "ayah", "mama", "papa", "iya" & beberapa kata mudah lainnya

c. ada beberapa anak yang 4 tahun baru bisa mengucapkan 2 kata dalam 1 kalimat, inipun sudah tergolong bagus

d. ada beberapa yang akhirnya 5 tahun bisa mengucapkan 3 kata dalam 1 kalimat, ini sudah termasuk sangat bagus

Ke 4 kondisi di atas (a, b, c, d) merupakan perjuangan latihan tiap hari yang terus menerus dilakukan dengan rajin dan penuh perjuangan, tidak apa-apa malah bila punya pengasuh bayi yang mau ikut juga melatih bicara, tentu akan lebih baik lagi.

 Yang jadi persoalan adalah :

1. Banyak orang tua pemilik bayi DS yang  kurang mau / kurang sempat melatih bicara, akhirnya si anak usia 6 tahun atau 7 tahun masih belum banyak kosa kata si anak, tapi kondisi ini masih bisa diatasi dengan memanggil terapi bicara ke rumah yang bisa datang & juga melatih si pengasuh anak dari orang tua pemilik bayi tersebut.

2. Bahkan ada juga orang tua yang memiliki bayi DS yang belum bisa bicara di usia 3 tahun bahkan 4 tahun dimasukkan latihan senam, tari, balet, olahraga beladiri dan lainnya ke mall yang saat ini banyak dimana-mana bahkan pakai bayaran PAKET UNTUK SENIN - JUMAT, padahal si anak belum bisa bicara. 

Yang makin membuat tidak baik adalah si orang tuanya malahan menyetop terapi wicara yang sedang diupayakan untuk anaknya dan lebih mementingkan latihan-latihan fisik tersebut (padahal anaknya sudah bisa berjalan bahkan sudah bisa berjalan agak cepat) sejak 2 tahunan, lalu malahan menghentikan terapis yang sedang tiap minggu sekali datang untuk latihan bicara.

Padahal si anak 3 tahun (setelah bisa jalan) harusnya mendahului mengutamakan terapi penunjang bicara di rumah, bahkan justru 1 minggu 2x datang sehingga 1 bulan 10x pun, akan lebih baik untuk anaknya dibanding latihan fisik di atas yang ramai di mall yang saat ini banyak dimana-mana.

Pada akhirnya yang terjadi adalah si anak (bila orang tuanya mementingkan yang latihan fisik di mall) banyak kejadian akhirnya di usia 4 tahunan si anak belum bisa mengucapkan 2 kata dalam 1 kalimat, apalagi 3 kata dalam 1 kalimat, bahkan saat  tahun pun jadi belum bisa mengucapkan banyak kata bermakna (belum lebih dari 15 kata). 

BERAPA KOSA KATA SEHARUSNYA ?

Padahal anak DS usia 3 tahun harusnya sudah memiliki perbendaharaan kosa kata 40 (lebih), sementara ada anak DS yangain usia 5 tahun baru bisa 50 kata. Tapi hasil ini masih tergolong bagus. Dibandingkan yang memilih di usia 3 tahun-5 tahun orang pemilik anak DS lebih memilih latihan fisik di mall, sehingga sangat kurang latihan-latihan penunjang terapi wicaranya.

Pada akhirnya usia 5 tahun pun bisa-bisa belum bisa mengucapkan kata-kata bermakna. Padahal si anak sudah masuk TK A yang harusnya sudah mulai ada interaksi bicara dengan teman-teman sebayanya.

Bahkan cukup banyak, pada orang tua yang memilih anaknya lebih mementingkan latihan-latihan fisik ini (padahal sudah bisa jalan, jongkok dari berdiri dan sudah bisa naik-turun tanggal), dengan tidak mengutamakan latihan-latihan penunjang bicara secara terus menerus akhirnya si anak DS nya hingga usia 7 tahun, 8 tahun belum juga bisa bicara dengan kosa kata yang banyak. 

Barulah akhirnya menyadari bahwa terapi bicara yang kurang banyak frekuensi yang dilaluinya selagi usia golden age, membuat si anaknya akhirnya tidak bisa bicara dengan perbendaraan kata yang cukup banyak sesuai usianya. Bahkan kelewat sedikit.

Padahal sudah tau dan jelas-jelaa melatih bicara anak DS itu tidak mudah & butuh waktu panjang.

Sedangkan latihan fisik yang latihan bola,  atau loncat-loncat, main pakai alat gymnastik, jalan mengikuti gambar warna dan lain-lain masih sangat lebih mudah melatihnya, juga hanya butuh waktu relatif sebentar agar anak DS bisa, misal di usia 7 tahun barulah dilatih fisik flying fox, gymnastyk, nendang2 bola masih sangat lebih mudah nanti.

Jadi langkah para orang tua pemilik bayi/anak penyandang DS harusnya langkak yang dilalui yang baik adalah setelah bayi bisa jalan (entah itu di usia 2 tahun atau 3 tahun), tentunya sedini mungkin sejak masih 0 tahun (terapis yang benar) sudah melakukan oral motor mulut si bayi, usia 2 tahunan melatih meniup pluit, sikat-sikat lidah dan gigi (dalam kontur mukut), trs latih pengucapan suku kata & kata-kata mudah usia 3 tahun hingga 4 tahun.

SISIPKAN LATIHAN OKUPASI NAMUN TERAPI BICARA MERUPAKAN KEHARUSAN YANG DIUTAMAKAN SAAT ANAK DS SUDAH BISA JALAN

Bolehlah si anak usia 3 tahun atau 4 tahun juga main ke mall sesekali seperti main prosotan dan lain-lain dan di rumah juga diajari terapi Okupasi (minum sendiri, latihan makan sendiri, latihan pakai kaos kaki dan sepatu sendiri, latihan buka baju dan pakai baju sendiri.

Namun jangan sampai porsi latihan penunjang bicara dihentikan yaitu malahan lebih mengutamakan yang latihan fisik di awal penulis sebut hingga membayar dengan paket sampai 20 x / bulan, padahal anak belum bisa bicara kosa kata secara banyak. 

EFEK BURUK SAAT 6 TAHUN KE ATAS BELUM BISA BICARA, DI SEKOLAH ANAK JADI MENUNDUK SAJA BAHKAN BISA STRES

Efeknya nanti kejadiannya adalah saat masuk sekolah misal TK A (5 tahun) atau TK B (6 tahun) anak pintar senam, pintar dance tapi anak hanya bisa diam membisu.

Kasihan nantinya, menyebut nama mainan-mainan (seperti mobil) dan tidak bisa menyebut nama-nama hewan tidak bisa, apalagi jika guru menyuruh anak menyebut (memanggil) nama temannya, lalu si anak hanya bisa menunduk. Akibatnya anak akan stress saat bersekolah.  Hal ini terjadi akibat salah dalam memprioritaskan pilihan jenis terapi yang mana yang harus didahulukan saat usia 2 tahun - 4 tahunnya.

Jadi kepada Bapak/Ibu dahulukanlah terapi bicaranya daripada latihan-latihan fisik berupa gym, flying fox dan lain-lain di mall  ini yang masih bisa nanti dilakukan setelah bisa banyak kosa katanya bermaknanya diucapkan di usia 6 tahunan ke atas.

METODE KAMI ADA TAMBAHAN TERAPI KE OTAKNYA AGAR LEBIH CEPAT FAHAM PERINTAH

Bahkan dalam metode kami, ditambah terapi do'a ke otaknya agar anak cerdas lebih cepat bisa diajarkan untuk melakukan perintah sederhana terbukti banyak orng tua anak DS kami hasilnya lebih cepat mengerti, dikatakan cerdas-cerdas dan pintar di sekolah. Misal disuruh makan sendiri, disuruh menyerahkan bola (kasih ke mama, atau kasih ke ayah), 

Toh nantinya di TK juga diajarkan senam, dance dan lain-lain, di luar sekolah (setelah bisa bicara) kalau mau diajarkan balet juga bisa. Ada banyak pasien kami yang diajarkan dance (joget) untuk tampil di stage (panggung) saat acara kelulusan kelaa cukup pintar, berani dan sebagainya dan si anak sudah lancar bicara. Sehingga orang tuanya sangat berterima kasih atas perkembangan anaknya yang sangat pintar dan sudah pandai bicara.

JADI PRIORITAS SETELAH ANAK DS BISA JALAN, ADALAH LATIHAN BICARA DAHULU (DISELINGI TERAPI OKUPASI). Karena (setelah jalan) yang penting anak adalah bisa komunikasi dengan berbicara, jadi persiapan masuk TK semoga sudah siap.

Tulisan di atas ini adalah sambungan dari web berikut :

https://kprihatmono.blogspot.com/2025/04/?m=0

Semoga bermanfaat.

==========

Salam,

Drs. R. Kurniawan Prihatmono

Hubungi : 081386837511

Latihan Fisik & Treatment (Usap, Urut dan Perbaikan & Penguatan Otot-otot) untuk kecerdasan & Tumbuh Kembang oleh istri.

Menerima semua agama apapun & suku apapun. 

Home visit (kunjungan)

Khusus se Jakarta, se-Depok, Kab. Bogor, Bekasi, Tangerang Selatan-Bintaro hingga Tangerang

IG : Terapidzikirds21